Perkembangan Teologi di Asia sejak tahun 1950
Perkembangan Teologi di Asia sejak tahun 1950. Bahan Sejarah Gereja Asia. oleh: Yonas Muanley
Berteologi di Asia harus memperhatikan realitas-realitas di Asia, namun oleh berbagai keterbatasan, maka hanya beberapa realitas yang diungkapkan dan diharapkan untuk mencari pendekatan teologi yang tepat (teologi yang hidup) untuk Asia.
Realitas-realaitas yang dimaksud antara lain: masalah kemiskinan di Asia. Asia menderita di bawah tumit kemiskinan yang dipaksakan. Kehidupan dicabik-cabik oleh kolonialisme yang berabad-abad. Kebudayaan-kebudyaan disepelehkan, relasi-relasi sosial dibuat menyimpang. Daerah-daerah kumuh yang menyedihkan di kota-kota membengkak terus dengan datangnya petani-petani miskin yang terusir dari tanah garapannya. Hal ini semakin memperjelas gambran kehidupan serba mewah disamping kemiskinan yang papa, suatu gambaran yang sama telah terlihat di sebagian besar Negara-negara di Asia.
Memahami konteks Asia dari segi realitas kemiskinan, maka konteks Asia yang menyuarakan syarat-syarat teologi Asia terdiri atas perjuangan mencapai kemanusiaan yang penuh di dalam aspek-aspek sosial politik dan psikospiritual. Pembebasan umat seluruh umat manusia bersifat sosial dan personal.
Jadi, mengusahakan teologi yang relevan atau teologi yang berkembang di Asia, yaitu:
Teologi Kontekstual Asia
Teologi Kontekstual Asia ialah kemampuan memberikan tanggapan yang bermakna terhadap Injil Yesus Kristus dalam kerangka situasi sendiri (budaya setempat), sebab orang beriman (orang Kristen) itu menjelaskan/menyaksikan imannya kepada sesamannya dalam kaitan kenyataan hidup di suatu tempat atau wilayah tertentu.
Berikut ini dipaparkan beberapa contoh teologi kontekstual yang dapat kami jangkau dalam beberapa literature. Artinya ada banyak Negara Asia dengan Teologi kontekstualnya tetapi kami hanya mengambil beberapa Negara saja.
Contoh-contoh Teologi Kontekstual Asia (lihat uraian di Teologi Kontekstual):