Gereja Protestan di
Cina/Tiongkok (Ruck, 2000 : 277-289)
Perkembangan
Gereja di Cina kembali dimulai tahun 1900 yaitu setelah masa pemberontakan
Petinju (Boxer Rebellion) khususnya pada masa permulaan revolusi.
Pada
tahun 1914 jumlah orang Kristen diperkirakan 500.000 orang. Tahun 1920
berkembang menjadi 800.000 orang, dan tahun 1949 menjacapai 1.000.000 orang.
Anggota Gereja Ortodox berjumlah 300.000 orang
Pada
tahun 1949 Gereja Protestan terbesar di Cina adalah Gereja Kristus Cina.
Didirikan tahun 1927. Gereja ini adalah persatuan dari Gereja Presbiterian,
Gereja Kongregasionalis, dan Gereja
Baptis, Gereja Metodis, dan Gereja Yesus yang Benar (True Jesus Church = Gereja
pribumi yang didirikan oleh Paul Wei tahun 1917 )
Pada
masa Mao Zedong Gereja di Cina menghadapi pergumulan yang berat yaitu mendukung
pemerintah yang komunis dan menolak segala campur tangan pemerintah dalam
Gereja. Gereja Protestan yang dipengaruhi dengan teologi liberal mendukung
pemerintah dengan membentuk Gerakan Tiga Swa Patriotik (GTSP) sementara Gereja
aliran evangelical menolak ikut dipersatukan dalam GTSP karena mereka menolak
segala campur tangan pemerintah komunis dalam urusan Gereja atau menolak
kekuasaan Negara atas Gereja. Salah satu tokoh yang terkenal adalah Wang.
Setelah
Mao Zedong meninggal tahun 1976 dan kekuasaan diambil alih oleh Deng Xioping
maka situasi di Cina berubah, khususnya pemberian kebebasan beragama. Para
pemimpin gereja yang dipenjarakan pada masa Mao Zedong dibebaskan termasuk
pembebasan Wang Mingdao bersama orang Kristen yang dipenjarakan. Rumah-rumah
Gereja dibuka kembali, sekolah-sekolah Teologi dibuka kembali pada tahun 1980.
Tahun
1982 ibadah agama Kristen diizinkan asal ditempat yang ditunjuk oleh GTSP.
Pekabaran Injil tidak boleh dilakukan diluar GTSP