Sejarah Gereja Asia sebagai Bahan Ajar
Sejarah Gereja Asia sebagai Bahan Ajar, khususnya di Perguruan Tinggi Teologi menjadi peluang dan tantangan. Dikatakan peluang dantantangan karena sering orang bosan mempelajari sejarah termasuk sejarah gereja Asia. Oleh karena itu maka bagaimana menjadikan tantangan ini menjadi peluang untuk menyampaikan Sejarah Gereja Asia sebagai Bahan Ajar. Apa yang menjadi daya tarik dalam studi Sejarah Gereja Asia? Apakah Sejarah Gereja Asia sebagai ilmu yang tidak berguna atau memiliki kegunaan yang signifikan untuk orang Kristen, khususnya orang Kristen yang menekankan "KUDUS", "KUAT IMAN", dan "MEMILIKI KASIH KRISTUS". Untuk konteks ini, saya akan upayakan implikasi belajar Sejarah Gereja Asia bagi usaha memahami visi KUDUS, KUAT IMAN dan MEMILIKI KASIH. Konteks ini sebenarnya merupakan penekanan visi lembaga pemberi kerja di mana saya melaksanakan tugas "didaktik Kristus". Lembaga yang saya maksudkan adalah SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IKSM SANTOSA ASIH. Visi lembaga menginspirasi untuk studi Sejarah Gereja Asia dan berusaha mengajarkan Sejarah Gereja Asia dalam implikasi visi tersebut. Kini saya melanjutkan dengan beberapa pernyataan pendahuluan studi Sejarah Gereja Asia.
Menurut Anne Ruck dalam judul buku Sejarah Geraja Asia terbitan Badan Penerbit Kristen (BPK), “Kekristenan lahir di tempat perjumpaan antara Timur”, yaitu di mulai di Yerusalem. Dari sisi geografis, Yerusalem terletak di wilayah Asia Barat, namun dari segi politis, Yerusalem merupakan salah satu ibu kota dari propinsi yang berada di dalam wilayah kekuasaan Romawi. Kemudian dari Yerusalem sistematika missio dey dan missio christi serta missio ekklesia dimulai. Di Yerusalemlah Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk menjadi saksi ke Yudea, Samaria sampai ke seluruh dunia (ujung bumi).
Menurut Anne Ruck, di Asia Barat, Gereja mengalami perkembangan dengan cepat. Perkembangan itu berupa kuantitas maupun dalam sisi organisasi gereja dan perkembangan mutu, yaitu pendewasaan rohani. Indikatornya nampak dalam terjemahan Alkitab dalam bahasa setempat, yaitu bahasa Siria. Perkembangan gereja di Asia Barat yang dimaksud disini tidak mengandung pengertian bahwa gereja bebas dari penghambatan/penganiayaan. Umat Kristen – meskipun menghadapi penghambatan (penganiayaan), namun umat Kristen pada waktu itu tetap teguh iman (kuat iman). Mereka walau dianiaya tetapi tetap bersemangat memberitakan Injil ke negeri-negeri yang jauh. Kita dapat menyatakan bahwa umat Kristen kala itu memiliki kasih Kristus untuk memberitakan Injil kepada orang lain. Pekabaran Injil bukanlah Kristenisasi (sekadar menjadikan orang lain menjadi Kristen) namun Pekabaran Injil adalah usaha memberitakan kekuatan Allah yang besar itu agar orang yang mendengar Injil Yesus Kristus bertobat dan percaya kepada Yesus Tuhan dan Juruselamat. Orang hanya menjadi Kristen (pengikut Yesus Kristus) kalau digerakkan oleh Roh Kudus. Roh Kuduslah yang membuat orang untuk menerima dan bersaksi tentang Yesus Kristus. Di luar itu (di luar Roh Kudus), orang akan tetap memusuhi Yesus Kristus, mendengar nama Yesus Kristus saja tidak suka apalagi menerima Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Jadi, hanya Roh Kudus yang membuat orang percaya kepada Yesus. Kewajiban orang Kristen adalah memberitakan Injil Yesus Kristus. Selebihnya Roh Kuduslah yang bekerja dalam hati orang yang mendengar Injil Yesus Kristus.
Anne Ruck juga menyatakan bahwa perkembangan Kekristenan di Asia Barat dan beberapa wilayah asia lainnya pada abad ke-13 dan ke-14 menjadi nyaris dihapuskan. Hal ini dapat dimaklumi karena di Asia, orang Kristen menghadapi banyak tantangan. Menurut van den End, tantangan itu ditemukan dalam agama-agama yang dinut di Asia, perbedaan kebudayaan, politik (banyaknya kerajaan di Asia) pada abab pertama sampai abad ke-14. Dengan berbagai kendala ini perkembangan Kekristenan di Asia Masa Kini merupakan warisan dari upaya pekabaran Injil yang dilakukan oleh orang-orang pilihan Tuhan dari Barat, yaitu dari Eropa. Dengan kata lain, “Kekristenan di Asia masa kini merupakan warisan penginjilan Barat.” Fakta ini tentu berimplikasi positif maupun negatif. Maksudnya terjadi berbagai penilaian terhadap misi Kristen di Asia yang dilakukan oleh Barat (Eropa).
Umat Kristen tetap merupakan kelompok minoritas di Asia, kecuali di beberapa wilayah Asia seperti Filipina.
IMPLIKASI BAGI PEMAHAMAN KUDUS, KUAT IMAN DAN HIDUP DALAM KASIH
IMPLIKASI KUDUS
Berdasarkan paparan singkat diatas, maka dapat diimplikasikan bahwa studi Sejarah Gereja Asia menolong kita (warga STT IKSM SA) untuk memahami bahwa KUDUS dalam konteks manusia, yaitu adanya respon orang-orang Asia terhadap Injil Yesus Kristus. Orang-orang yang merespon Injil Yesus Kristus masuk dalam komunitas umat yang dikhususkan/dipisahkan dari cara hidup lama kepada cara hidup yang sesuai dengan ajaran Yesus Kristus. Orang-orang Kudus tidak memisahkan diri dan hidup sendiri dalam suatu lingkungan tersendiri tetapi berada bersama dengan sesama walaupun tidak seiman. Hidup bersama dengan sesama tetapi tetap sadar akan identitas diri sebagai orang yang telah dipanggil Yesus Kristus untuk menjadi pengikut-Nya. Sebagai pengikut Yesus Kristus tentu memiliki sikap hidup yang berbeda dengan mereka yang belum percaya kepada Yesus Kristus. Orang Kristen (warga STT IKSM SA) menyadari bahwa hidupnya telah dipisahkan dari dosa dan hidup bagi kebenaran (KUDUS)
IMPLIKASI KUAT IMAN
Studi Sejarah Gereja Asia menolong kita untuk memahami bagaimana orang Kristen Asia, setelah menerima Injil Yesus Kristus dan percaya kepada Yesus Kristus memiliki iman untuk tetap semangat memberitakan Injil Yesus Kristus. Ada tantangan/aniaya yang dialami oleh orang Kristen di Asia pada masa lampau tetapi mereka tetap mempertahankan iman (Kuat Iman) dalam menghadapi situasi sidup.
IMPLIKASI MEMILIKI KASIH KRISTUS
Studi Sejarah Gereja menolong warga STT IKSM (Dosen dan Mahasiswa) bahwa orang-orang Kristen di Asia masa lampau telah menunjukkan kesaksian hidup dalam kasih Yesus Kristus. Semangat memberitakan Injil kepada orang lain menjadi salah satu indikator memiliki kasih Yesus Kristus. Itulah sebabnya dapat dipertegas disini bahwa studi sejarah gereja menolong kita untuk memahami secara konkrit apa itu KUDUS, KUAT IMAN dan MEMILIKI KASIH YESUS KRISTUS. Stuidi Sejarah Gereja Asia juga dilakukan dalam rangka K3 (KUDUS, KUAT IMAN dan KASIH). Kiranya oleh anugerah Yesus Kristus K3 menjadi karakter warga STT IKSM Santosa Asih
Salam
Yonas Muanley
Pengajar Sejarah Gereja Asia
Read More
Teologi dan Misi Kristen: Manusia Berdosa dan Manusia Sasaran Dosa
Teologi dan Misi Kristen: Manusia Berdosa dan Manusia Sasaran Dosa.
Pekabaran Injil yang dilaksanakan Gereja masa kini, tidak hanya melihat atau membahas perihal manusia berdosa, tetapi harus melihat manusia sebagai sasarn dosa (mangsa dosa orang lain). Dalam hal ini pekabaran atau pemberitaan Injil yang hanya memperhatikan manusia berdosa menyampaikan terlalu banyak sikap merendahkan sehingga kurang adil terhadap mereka yang menderita akibat penghinaan dan ketidak adilan. (Elwood, 1996 :201-215: digumuli lebih lanjut dalam halaman tersebut) Jadi seorang penginjil yang tidak sadar akan “sasaran dosa” ini tidak dapat mengkomunikasikan kabar baik kepada mereka yang telah menjadi sasaran dosa (orang lain). Oleh karena itu bila mana pekabaran Injil ingin menyapa batin manusia yang terdalam melalui pemberitaan Injil, maka pekabar Injil harus menyadari serta memahami kenyataan bahwa manusia menjadi obyek dan subyek dosa secara serempak. (Douglas J. Elwood dalam Muanley, 1991:31-32)
Read More
Pekabaran Injil yang dilaksanakan Gereja masa kini, tidak hanya melihat atau membahas perihal manusia berdosa, tetapi harus melihat manusia sebagai sasarn dosa (mangsa dosa orang lain). Dalam hal ini pekabaran atau pemberitaan Injil yang hanya memperhatikan manusia berdosa menyampaikan terlalu banyak sikap merendahkan sehingga kurang adil terhadap mereka yang menderita akibat penghinaan dan ketidak adilan. (Elwood, 1996 :201-215: digumuli lebih lanjut dalam halaman tersebut) Jadi seorang penginjil yang tidak sadar akan “sasaran dosa” ini tidak dapat mengkomunikasikan kabar baik kepada mereka yang telah menjadi sasaran dosa (orang lain). Oleh karena itu bila mana pekabaran Injil ingin menyapa batin manusia yang terdalam melalui pemberitaan Injil, maka pekabar Injil harus menyadari serta memahami kenyataan bahwa manusia menjadi obyek dan subyek dosa secara serempak. (Douglas J. Elwood dalam Muanley, 1991:31-32)
Teologi Kontekstual Jepang (Teologi Jepang)
Teologi Kontekstual Jepang (Teologi Jepang). Bahan Ajar Sejarah Gereja Asia Oleh: Yonas Muanley
Konteks Jepang yang olehnya mempengaruhi pemikiran Teologi Kristen di Jepang adalah perjuangan jepang dari penderitaan tahun 1945 (bom di Hirosima dan Nagasaki) menuju kepada kemajuan materi yang spektakuler.
Salah satu teolog Kristen Jepang adalah Kitamori Kazoh, lahir tahun 1916. Sejak jatuhnya bom di Hirosima dan Nagasaki, masyarakat Jepang (Hirosima dan Nagasaki) berada dalam masa penderitaan. Konteks ini kemudian mempengaruhi Kitamori dalam berteologi. Dan teologi Kitamori adalah Teologi Penderitaan. Ia mengatakan bahwa penderitaan merupakan hakikat Allah, seperti digambarkan dalam Yeseya 63:15 : hatiKu yang tergerak dan kasih sayang. Penderitaan Allah hanya dapat dimengerti melalui pengertian tentang penderitaan Tuhan Yesus atau salib Tuhan Yesus. Disini Kitamori memahami penderitaan dalam empat sebab, yaitu (1) penderitaan karena kasih-Nya dan pengampunan terhadap orang berdosa (2) penderitaan Tuhan Yesus di kayu salib (penderitaan jasmani, perasaan,. dan rohani). (3) penderitaan Bapa membiarkan anak-Nya menderita. (4) Imanensi Allah dalam penderitaan manusia.
Jadi orang Kristen dipanggil untuk ikut serta dalam penderitaan sebagai lambing persatuan dengan Tuhan dan sebagai pelayanan kepada dunia. Penderitaan manusia menjadi lambing penderitaan Allah. Ini berarti menurut Kitamori, penderitaan bangsa Jepang karena bom tersebut melambangkan penderitaan Allah secara unik dan sangat mendalam.
Orang Jepang yang menjadi Teolog Asia seperti Kosuke Koyama (menghabiskan waktu pelayanannya di Thailand, di Singapura dan Selandia Baru, dan terakhir di Amerika Serikat) mengembangkan teologi kontekstual Asia dengan model “Teologi Kerbau” yang berbicara dalam bahasa konkrit akan kebutuhan rakyat. Koyama menfokuskan perhatiannya pada aspek-aspek kebenaran Kristen yang dicerminkan dalam agama-agama lain, sehingga aspek tersebut menjadi jembatan kesaksian. Oleh karena itu maka Kosuke Koyama menekankan dua tema Kristen yaitu “Penderitaan dan pengorbanan”. Pikiran Kristus yang disalibkanlah, bukan pikiran perang salib, yang seharusnya menjadi dasar kehidupan, misi dan teologi Kristen (Ruck, 2005 :305).
Isi teologi dari Kosuke Koyama bila diperhatikan maka sebenarnya ia sedang berlawanan pemikiran teologis dengan seorang Teologi India, yaitu M.M.Thomas yang menganggap penjajahan India oleh Inggris adalah alat Tuhan untuk merubah dan memajukkan kehidupan bangsa India. Disini ada banyak pandangan disekitar munculnya misi Kristen yang berboncengan dengan penjajahan, sehingga agama Kriten sering disebut agama penjajah atau agen Kolonialisme. Pertentangan teologis tentang tema yang terakhir, yaitu apakah penjajahan harus dipahami sebagai bagian dari kehendak Tuhan? Jawabannya pasti beragam. Disini kami mempunyai posisi pemikiran Teologis untuk hal itu, tetapi kami tidak mengemukakan itu, biarlah mahasiswa menentukan posisi sendiri. Prinsipnya Firman Tuhan tidak berubah, tetapi teologi dapat berubah.
Read More
Teologi Kontekstual India (Teologi India)
Teologi Kontekstual India (Teologi India): Oleh Yonas Muanley Berdasarkan definisi konseptual dari teologi kontekstual Asia maka kemunculan Teologi India dapat dipahami dalam konteks bagaimana Gereja India berteologi dalam konteks sesamanya yang mayoritas beragama Hindu. Dalam agama Hindu percakapan tema teologis berkisar pada moksa atau pembebasan. Agar memperoleh moksa, maka manusia harus menempuh tiga cara atau tiga jalan, yaitu (1) Jnana atau pengetahuan khusus. (2) Bakhti atau darma bakti. (3) Karma atau perbuatan baik (Ruck, 2005 : 261). Percakapan tema teologis Hindu seperti yang kita kenal di atas, dalam rangka pendekatan Teologi Kontekstual India maka para Teolog, seperti Appasamy berusaha mewujudkan kebenaran Kristen dalam konsep-konsep Hindu ke dialog pluralis dan suasana belajar-mengajar dengan warga India yang beragama Hindu. (ibid, hlm.261). Sang Teolog India yang kita sebutkan di atas, menggambarkan ajaran tentang moksa dengan menggunakan perkataan Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes 15 : 4. “Tinggallah didalam Aku”. Melalui iman dan pengabdian kasih, kita dapat menjadi satu dengan Kristus oleh rahmat Allah. Orang Kristen tidak meresapi keilahan, seperti dalam agama Hindu, melainkan tetap mempertahankan kepribadian unik. Allah tidak sama dengan dunia dan dunia jasmani tidak bersifat khayal saja. Disini sang Teologi menolak dua kepercayaan dasar agama Hindu. Menurut sang Teolog, Allah hadir dan bertindak di dunia sebagai firman atau logos. (Ibid, hlm. 262). Selain teolog India yang namanya kita sebut di atas, ada juga teolog India, seperti M.M.Thomas. Ia berteologi secara kontekstual India dengan cara menguraikan jalan moksa ketiga, yaitu karma-marga sebagai teologi kesaksian sosial. Selanjutnya tentang teologi kontekstual model M.M.Thomas dapat kita perhatikan dalam pernyataan Ruck berikut ini: Thomas menguraikan bagaimana rencana pencipta diperlihatkan dalam sejarah. Allah memakai penjajahan Inggris sebagai alat-Nya untuk mengubah dan memajukan kehidupan bangsa India, lalu Allah memakai nasionalisme sebagai alat-Nya “untuk menggeser alat pengadilan-Nya yang telah menyeleweng. Pandangan sejarah Thomas jauh berbeda dengan pandangan siklis Hindu yang menganggap sejarah berputar terus tanpa ada perkembangan. Thomas menekankan konsep Kristen mengenai nilai orang perseorangan di mata Tuhan; bahwa Tuhan mengasihi seseorang secara pribadi, sehingga kita juga mengasihi sesame manusia perseorangan. … Cita-cita Thomas tidak hanya dinyatakan dalam tulisannya tetapi juga diterapkannya pada hidup sehari-hari. … Pada masa keadaan darurat … tahun 1975 – 1977, Thomas mencela sikap pemerintah India, dan ia menghimpun dana untuk membantu keluarga orang yang dipenjarakan karena alasan politik. (2005:263) Teolog India lainnya yang berteologi secara kontekstual adalah Devanandan. Inti pemikiran teologis kontekstual dari Devanandan ialah menganjurkan kepada umat Kristen India supaya keluar dari keadaan terpencil di dalam masyarakat Kristen dan berkomunikasi dengan orang-orang bukan Kristen disekitarnya. Sang teolog India ini terkenal dengan perjuangan dialog antar agama dan meneliti dimensi sosial pekabaran Injil di India. Dapat juga disebut sebagai pejuang teologi pluralisme di Asia, khususnya India (Ibid). Tokoh lain seperti Samartha dapat dibaca dalam buku Anne Ruck.
Perkembangan Teologi di Asia sejak tahun 1950
Perkembangan Teologi di Asia sejak tahun 1950. Bahan Sejarah Gereja Asia. oleh: Yonas Muanley
Berteologi di Asia harus memperhatikan realitas-realitas di Asia, namun oleh berbagai keterbatasan, maka hanya beberapa realitas yang diungkapkan dan diharapkan untuk mencari pendekatan teologi yang tepat (teologi yang hidup) untuk Asia.
Realitas-realaitas yang dimaksud antara lain: masalah kemiskinan di Asia. Asia menderita di bawah tumit kemiskinan yang dipaksakan. Kehidupan dicabik-cabik oleh kolonialisme yang berabad-abad. Kebudayaan-kebudyaan disepelehkan, relasi-relasi sosial dibuat menyimpang. Daerah-daerah kumuh yang menyedihkan di kota-kota membengkak terus dengan datangnya petani-petani miskin yang terusir dari tanah garapannya. Hal ini semakin memperjelas gambran kehidupan serba mewah disamping kemiskinan yang papa, suatu gambaran yang sama telah terlihat di sebagian besar Negara-negara di Asia.
Memahami konteks Asia dari segi realitas kemiskinan, maka konteks Asia yang menyuarakan syarat-syarat teologi Asia terdiri atas perjuangan mencapai kemanusiaan yang penuh di dalam aspek-aspek sosial politik dan psikospiritual. Pembebasan umat seluruh umat manusia bersifat sosial dan personal.
Jadi, mengusahakan teologi yang relevan atau teologi yang berkembang di Asia, yaitu:
Teologi Kontekstual Asia
Teologi Kontekstual Asia ialah kemampuan memberikan tanggapan yang bermakna terhadap Injil Yesus Kristus dalam kerangka situasi sendiri (budaya setempat), sebab orang beriman (orang Kristen) itu menjelaskan/menyaksikan imannya kepada sesamannya dalam kaitan kenyataan hidup di suatu tempat atau wilayah tertentu.
Berikut ini dipaparkan beberapa contoh teologi kontekstual yang dapat kami jangkau dalam beberapa literature. Artinya ada banyak Negara Asia dengan Teologi kontekstualnya tetapi kami hanya mengambil beberapa Negara saja.
Contoh-contoh Teologi Kontekstual Asia (lihat uraian di Teologi Kontekstual):
Read More
Kompetensi Dasar 3 Sejarah Gereja Asia (Indikator 5)
Kompetensi Dasar 3 Sejarah Gereja Asia (Indikator 5)
Menjelaskan Gereja di Asia Barat dan corak teologinya selama Masa Kerajaan Mongol
Menurut Th. Van den End (1981:35), pasca konsili Chalcedon (abad ke-5), gereja di Asia Barat, tidak lagi mengalami sebuah perubahan yang besar. Hal ini disebabkan karena masing-masing golongan Kristen di Asia Barat berpegang teguh pada keyakinan yang dianutnya. Oleh karena itulah maka tidak heran bila orang-orang Kristenn pada waktu itu sibuk menyusun sanggahan terhadap kelompok lain seperti kelompok Nestorius dan Cyrillus, kelompok-kelompok ini tidak menghasilkan suatu pemikiran teologi yang baru. Hal ini dapat dibandingkan di Gereja Ortodox Timur, sedangkan di Barat, dogma baru lahir dalam Gereja Katolik Abad Pertengahan. Doktrin seperti “ekaristi” (trans-substansiasi, 1215), tentang Infalibilis/tidak bisa keliru, th. 1870), tentang Maria (1854-1950), di Kalangan Protestan ada teologi Pembenaran oleh Iman, Pietisme, Revivalisme dan seterusnya.
Gambar Berikut ini hanya menambah kekayaan budaya pembangunan Gereja
Read More
Gambar Berikut ini hanya menambah kekayaan budaya pembangunan Gereja
Sitemap
Untuk mempermudah akses artikel dalam blog bahan ajar sejarah gereja maka dibuat sitemap atau daftar isi. Silakan Klik SITEMAP
Read More
Kompetensi Dasar 5 Sejarah Gereja Asia (Indikator 13)
Kompetensi Dasar 5 Sejarah Gereja Asia (Indikator 13)
Read More
Gereja Protestan di
Cina/Tiongkok (Ruck, 2000 : 277-289)
Perkembangan
Gereja di Cina kembali dimulai tahun 1900 yaitu setelah masa pemberontakan
Petinju (Boxer Rebellion) khususnya pada masa permulaan revolusi.
Pada
tahun 1914 jumlah orang Kristen diperkirakan 500.000 orang. Tahun 1920
berkembang menjadi 800.000 orang, dan tahun 1949 menjacapai 1.000.000 orang.
Anggota Gereja Ortodox berjumlah 300.000 orang
Pada
tahun 1949 Gereja Protestan terbesar di Cina adalah Gereja Kristus Cina.
Didirikan tahun 1927. Gereja ini adalah persatuan dari Gereja Presbiterian,
Gereja Kongregasionalis, dan Gereja
Baptis, Gereja Metodis, dan Gereja Yesus yang Benar (True Jesus Church = Gereja
pribumi yang didirikan oleh Paul Wei tahun 1917 )
Pada
masa Mao Zedong Gereja di Cina menghadapi pergumulan yang berat yaitu mendukung
pemerintah yang komunis dan menolak segala campur tangan pemerintah dalam
Gereja. Gereja Protestan yang dipengaruhi dengan teologi liberal mendukung
pemerintah dengan membentuk Gerakan Tiga Swa Patriotik (GTSP) sementara Gereja
aliran evangelical menolak ikut dipersatukan dalam GTSP karena mereka menolak
segala campur tangan pemerintah komunis dalam urusan Gereja atau menolak
kekuasaan Negara atas Gereja. Salah satu tokoh yang terkenal adalah Wang.
Setelah
Mao Zedong meninggal tahun 1976 dan kekuasaan diambil alih oleh Deng Xioping
maka situasi di Cina berubah, khususnya pemberian kebebasan beragama. Para
pemimpin gereja yang dipenjarakan pada masa Mao Zedong dibebaskan termasuk
pembebasan Wang Mingdao bersama orang Kristen yang dipenjarakan. Rumah-rumah
Gereja dibuka kembali, sekolah-sekolah Teologi dibuka kembali pada tahun 1980.
Tahun
1982 ibadah agama Kristen diizinkan asal ditempat yang ditunjuk oleh GTSP.
Pekabaran Injil tidak boleh dilakukan diluar GTSP
Kompetensi Dasar 5 Sejarah Gereja Asia (Indikator 15)
Kompetensi Dasar 5 Sejarah Gereja Asia (Indikator 15)
Gereja Protestan di Banglades Tahun 1971 Banglades sebagai Negara sekuler, kemudian tahun 1988 agama Islam dijadikan sebagai agama Negara Banglades Pakistan Timur (Banglades) memisahkan diri dengan Pakistan pada tahun 1971 karena tidak setuju akan kebijakan pemerintah Pakistan dan Banglades menganut negara sekuler. Namun pada tahun 1988 Islam dijadikan sebagai agama Negara Banglades. Jumlah penduduk Banglades pada 1984 yang bergama Islam sebesar 87 %, sedangkan jumlah orang Kristen Protestan di Banglades kurang dari 0,5 % pada tahun 1990. Gereja Protestan terbesar di Banglades adalah Gereja Persatuan Baptis Bangalore, Gereja Baptis disana mempunyai lima denominasi, Selain itu Gereja Lutheran yang berkembang di suku-suku pegunungan di Banglades. Hasilnya tahun 1990 dilaporkan suku Garo di daerah perbatasan Assam dilaporkan 95 % bergama Kristen, sedangkan suku Pankho di daerah pegunungan Chittagong hamper seluruhnya Kristen. Kondisi masyarakat di Banglades yang sangat memprihatinkan dan menderita menyambut baik pelayanan kasih badan misi Kristen, misalnya badan social World Vision. Dan TEAR Fund. Melalui bantuan social tersebut umat Kristen yang sangat kecil jumlahnya di Banglades berusaha menunjukkan kasih Kristus kepada masyarakat luas di Banglades (Ruck, 2000 : 267-268). Jadi dapat dikatakan bahwa ada kesulitan perkembangan Kristen di daerah mayoritas Islam seperti di Banglades, namun ada sedikit kemajuan perkembangan Kristen.
Read More
Gereja Protestan di Banglades Tahun 1971 Banglades sebagai Negara sekuler, kemudian tahun 1988 agama Islam dijadikan sebagai agama Negara Banglades Pakistan Timur (Banglades) memisahkan diri dengan Pakistan pada tahun 1971 karena tidak setuju akan kebijakan pemerintah Pakistan dan Banglades menganut negara sekuler. Namun pada tahun 1988 Islam dijadikan sebagai agama Negara Banglades. Jumlah penduduk Banglades pada 1984 yang bergama Islam sebesar 87 %, sedangkan jumlah orang Kristen Protestan di Banglades kurang dari 0,5 % pada tahun 1990. Gereja Protestan terbesar di Banglades adalah Gereja Persatuan Baptis Bangalore, Gereja Baptis disana mempunyai lima denominasi, Selain itu Gereja Lutheran yang berkembang di suku-suku pegunungan di Banglades. Hasilnya tahun 1990 dilaporkan suku Garo di daerah perbatasan Assam dilaporkan 95 % bergama Kristen, sedangkan suku Pankho di daerah pegunungan Chittagong hamper seluruhnya Kristen. Kondisi masyarakat di Banglades yang sangat memprihatinkan dan menderita menyambut baik pelayanan kasih badan misi Kristen, misalnya badan social World Vision. Dan TEAR Fund. Melalui bantuan social tersebut umat Kristen yang sangat kecil jumlahnya di Banglades berusaha menunjukkan kasih Kristus kepada masyarakat luas di Banglades (Ruck, 2000 : 267-268). Jadi dapat dikatakan bahwa ada kesulitan perkembangan Kristen di daerah mayoritas Islam seperti di Banglades, namun ada sedikit kemajuan perkembangan Kristen.
Kompetensi Dasar 5 Sejarah Gereja Asia Indikator 5
Gereja Protestan di Pakistan.Bahan Ajar Sejarah Gereja Asia
Mayoritas penduduk beragama Islam ( Sunni/ Islam Ortodoks dan Ahmadiyah). Kemudian Islam dijadikan sebagai agama Negara Pakistan tahun 1956. Namun Negara Pakistan tetap memberi kebebasan beragama. Bendera Pakistan menggambarkan jaminan ini kepada minoritas di Negeri itu. Bidang hijau dengan bulan sabit dan bintang warna putih merupakan symbol tradisional dari iman Islam, dan bintang putih yang luas di sebelah kiri mewakili berbagai komunitas minoritas- orang Kristen, Hindu, Budha dll. Karena putih adalah kombinasi semua warna dalam spectrum warna (Hoke, Vol. 2, 2002 :179) Sebelum Pakistan merdeka, penduduk India Baratlaut dan Delta Sungai Gangga menganut agama Islam. Pada tahun 1947 wilayah India Baratlaut dan delta Sungai Gangga disatukan menjadi Negara Pakistan. Ribuan orang-orang Islam mengungsi dari India ke Pakistan, sementara orang-orang Hindu dan orang Sikh mengungsi dari Pakistan ke India. Pada tahun 1947 jumlah penduduk Pakistan bergama Islam sebanyak 97 %. Enam tahun kemudian (1956) agama Islam dijadikan sebagai agama Negara Pakistan. Dengan penetapan ini dapat diperkirakan bagaimana kedudukan kelompok minoritas termasuk Gereja di Pakistan. Pada tahun 1972 pemerintah Pakistan menasionalisasikan sejumlah besar sekolah dan perguruan tinggi swasta, termasuk banyak sekolah dan perguruan tinggi Kristen Protestan dan Katolik sebanyak 9 sekolah tinggi. Nasionalisasi sekolah Kristen oleh pemerintah Pakistan menimbulkan Protes keras dari masyarakat Kristen karena merupakan ancaman terhadap keamanan pekerjaan atau masa depan dari komunitas Kristen. Pada awalnya pengajar-pengajar dan staf masih dipekerjakan dalam sekolah tersebut dengan pembayaran Gaji yang tinggi namun posisi-posisi penting dalam sekolah beralih kepada tenaga pendidik atau staf dari kelompok mayoritas setelah staf dan tenaga-tenaga pendidik Kristen pensiun atau mengundurkan diri (Informasi lanjutan baca Hoke, Vol. 2, 2002 : 173). Umat Kristen bebas menjalankan agamanya. Orang Islam dilarang keras masuk Kristen Tahun 1974 orang Kristen merupakan kelompok minoritas di Pakistan, dengan jumlah 1 % dari jumlah penduduk Pakistan yang 97 % beragama Islam. Hampir semua orang Kristen di Pakistan berasal dari kasta rendah Hindu yang menjadi Kristen sejak masa gerakan pertobatan masal yang terjadi tahun 1880 dan mencapai puncaknya pada tahun 1830-an. Pekerjaan mereka adalah penyamak kulit, pekerja kuburan atau tukang sapu. Namun pada awal abad 20, sebagai akibat pendidikan Kristen kasta rendah Hindu ini mencapai taraf hidup yang cendrung kepada gaya hidup mewah. Perkembangan Kristen di Pakistan mengalami kendala karena adanya kekuatan ikatan kasta yang mengikat orang muslim dan non muslim. Akibatnya sejak kemerdekaan Pakistan pada tahun 1947 Gereja kurang berkembang di Pakistan.
Read More
Mayoritas penduduk beragama Islam ( Sunni/ Islam Ortodoks dan Ahmadiyah). Kemudian Islam dijadikan sebagai agama Negara Pakistan tahun 1956. Namun Negara Pakistan tetap memberi kebebasan beragama. Bendera Pakistan menggambarkan jaminan ini kepada minoritas di Negeri itu. Bidang hijau dengan bulan sabit dan bintang warna putih merupakan symbol tradisional dari iman Islam, dan bintang putih yang luas di sebelah kiri mewakili berbagai komunitas minoritas- orang Kristen, Hindu, Budha dll. Karena putih adalah kombinasi semua warna dalam spectrum warna (Hoke, Vol. 2, 2002 :179) Sebelum Pakistan merdeka, penduduk India Baratlaut dan Delta Sungai Gangga menganut agama Islam. Pada tahun 1947 wilayah India Baratlaut dan delta Sungai Gangga disatukan menjadi Negara Pakistan. Ribuan orang-orang Islam mengungsi dari India ke Pakistan, sementara orang-orang Hindu dan orang Sikh mengungsi dari Pakistan ke India. Pada tahun 1947 jumlah penduduk Pakistan bergama Islam sebanyak 97 %. Enam tahun kemudian (1956) agama Islam dijadikan sebagai agama Negara Pakistan. Dengan penetapan ini dapat diperkirakan bagaimana kedudukan kelompok minoritas termasuk Gereja di Pakistan. Pada tahun 1972 pemerintah Pakistan menasionalisasikan sejumlah besar sekolah dan perguruan tinggi swasta, termasuk banyak sekolah dan perguruan tinggi Kristen Protestan dan Katolik sebanyak 9 sekolah tinggi. Nasionalisasi sekolah Kristen oleh pemerintah Pakistan menimbulkan Protes keras dari masyarakat Kristen karena merupakan ancaman terhadap keamanan pekerjaan atau masa depan dari komunitas Kristen. Pada awalnya pengajar-pengajar dan staf masih dipekerjakan dalam sekolah tersebut dengan pembayaran Gaji yang tinggi namun posisi-posisi penting dalam sekolah beralih kepada tenaga pendidik atau staf dari kelompok mayoritas setelah staf dan tenaga-tenaga pendidik Kristen pensiun atau mengundurkan diri (Informasi lanjutan baca Hoke, Vol. 2, 2002 : 173). Umat Kristen bebas menjalankan agamanya. Orang Islam dilarang keras masuk Kristen Tahun 1974 orang Kristen merupakan kelompok minoritas di Pakistan, dengan jumlah 1 % dari jumlah penduduk Pakistan yang 97 % beragama Islam. Hampir semua orang Kristen di Pakistan berasal dari kasta rendah Hindu yang menjadi Kristen sejak masa gerakan pertobatan masal yang terjadi tahun 1880 dan mencapai puncaknya pada tahun 1830-an. Pekerjaan mereka adalah penyamak kulit, pekerja kuburan atau tukang sapu. Namun pada awal abad 20, sebagai akibat pendidikan Kristen kasta rendah Hindu ini mencapai taraf hidup yang cendrung kepada gaya hidup mewah. Perkembangan Kristen di Pakistan mengalami kendala karena adanya kekuatan ikatan kasta yang mengikat orang muslim dan non muslim. Akibatnya sejak kemerdekaan Pakistan pada tahun 1947 Gereja kurang berkembang di Pakistan.
Kompetensi Dasar 5 Sejarah Gereja Asia (Indikator 3)
Kompetensi Dasar 5 Sejarah Gereja Asia (Indikator 3)
Read More
Gereja Protestan di
India
Mayoritas penduduk
India beragama Budha
Kolonialisme
atas India oleh bangsa Eropa dilakukan oleh Portugas yang berkiblat Gereja
Katolik dan Inggris dengan Gereja Anglikan. Kekuasaan Portugis di India diambil
alih oleh Inggris setelah tentara Inggris menang tahun 1857-1858. Sejak itu
India sepenuhnya dikuasai oleh Inggris.
Badan
Misi Pekabaran Injil dari Inggris awalnya sulit untuk memasuki daerah India,
karena takut terganggu kepentingan ekonomi. Namun setelah parlemen Inggris
didesak oleh kelompok-kelompok Kristen evangelical supaya mendesak perusahan
Inggris di India yaitu East India Company (EIC) untuk membuka pintu bagi
masuknya misi ke India. Pemerintah Inggris tidak melarang pekabaran Injil di
India tetapi juga tidak mendukungnya. Ratusan pekabaran Injil
berbondong-bondong memasuki India bersamaan dengan penjajahan Inggris, sehingga keduanya dianggap satu oleh bangsa
India. Ahli sejarah India, K.M. Panikar, menyatakan imperialisme sebagai
“penyokong dan sekutu” gereja (Ruck, 2005:120)
Para
Misionaris Protestan yang masuk ke India:
- William Carey (1761-1834): Ia adalah anggota Gereja Anglikan, namun ketika mendengar kesaksian seorang temannya anggota Gereja Baptis, ia tertarik dengan kesaksian tersebut dan minta dibaptis ulang dan masuk Gereja Baptis. Dan ditahbiskan sebagai pendeta Gereja Baptis tahun 1785. Beberapa tahun kemudian, yaitu tahun 1793 Carey diutus oleh Baptist Missionary Society.
Metode pelayanannya
di India:
a.
Mempelajari
bahasa Sanskrit dan bahasa Bengali
- Menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Bengali
- Bekerja dengan tenaga sendiri (mengajar bahasa Bengali kepada pegawai negeri berkebangsaan Inggris, tenaga East India Company) untuk mencukupi biaya hidup dan pelayanan di India
- Mengadakan penelitian agama dan kebudayaan India untuk tugas misi
- Mengabarkan Injil seluas dan secepat mungkin
- Secepat mungkin mendirikan Gereja India yang mandiri
- Perlu didirikan sekolah dari TK – PT
- Secepat mungkin mengkaderkan tenaga India sebagai pemimpin Gereja
Pada
tahun 1974 diperkirakan ada 14 juta orang Kristen di India, kurang lebih 2,5 %
penduduk: 5 juta merupakan orang Protestan. Pada tahun 1990 orang Kristen yang
didaftarkan adalah 2,61 % penduduk India, dari jumlah ini orang Protestan
sebanyak 16 juta orang.
Pemeluk
Kristen yang paling banyak adalah di India Selatan terutama di Kerela, Negara
bagian yang sangat miskin, orang Kriten merupakan 1/3 jumlah penduduk, Selain
itu di Goad an daerah utara timur, diantara suku-suku pegunungan Assam.
Sedangkan di daerah-daerah India lain, umat Kristen merupakan kelompok
minoritas. (Ruck, 2000 : 228)
Pada
tahun 1981 di kota Madras, India Selatan jumlah orang Kristen dari 525
bertambah menjadi 700 orang pada tahun 1986. Tahun 1991 berkembang menjadi
1.400 orang Kristen. (Ruck, 2000 : 256)
Denominasi
Gereja Protestan di India: Gereja Anglikan; Gereja Methodis; Gereja Reformed
(Presbiterian dan Kongregasional); Gereja Baptis; Gereja Persaudaraan;
(Brethren), Murid Kristus (Disciples of Christ) (Ruck, 2000 : 261)
Kompetensi Dasar 5 Sejarah Gereja Asia (Indikator 1)
Kompetensi Dasar 5 Sejarah Gereja Asia (Indikator 1)
Menjelaskan dan meyakni Karya Allah Tritunggal di Asia dan Respon Manusia Pilihan-Nya (Zending Protestan) di Asia Modern dari Tahun 1500 – Kini
Indikator:
Read More
Menjelaskan dan meyakni Karya Allah Tritunggal di Asia dan Respon Manusia Pilihan-Nya (Zending Protestan) di Asia Modern dari Tahun 1500 – Kini
Indikator:
5.1.
Zending Gereja Protestan di Asia pada abad ke-17 dan ke-18
5.2.
Zending Gereja Protestan di Asia Abad ke-19 dan ke-20
5.3.
Pekabaran Injil Gereja Protestan di India
5.4.
Sejarah Gereja Protestan di Tiongkok pada abad ke-19 dan ke-20
5.5.
Sejarah Gereja Protestan di Jepang
5.6.
Sejarah Gereja di Srilanka
5.7.
Sejarah Gereja di Taiwan
5.8.
Sejarah Gereja di Korea
5.9.
Sejarah Gereja di Burma
5.10.
Sejarah Gereja di Malaisya
5.11.
Sejarah Gereja di Singapura
5.12.
Sejarah Gereja di Hongkong
5.13.
Sejarah Gereja di Cina
5.14.
Sejarah Gereja di Afghanistan
5.15.
Sejarah Gereja di Bangladesh
Materi Zending Gereja Protestan di Asia pada abad ke-17 dan ke-18
Zending Protestan di Asia Abad XVII
s.d. XVIII
Lahirnya
Gereja Protestan di Asia tidak dapat dipisahkan dari karya Roh Kudus melalui
para misionaris dari Eropa dan orang Kristen Asia yang telah memberi respon
terhadap Injil yang diwartakan. Misi Gereja Protestan yang mempengaruhi Asia
terdiri dari aliran Calvinis yang biasanya dikenal dengan sebutan
Reforormd/Kongregasional dan Presbiterian, aliran Lutheran, Anabaptis, Gerekan
Penta Kosta dan lain-lain.
Perkembangan Gereja Protestan yang akan
dibahas disini akan diuraikan dalam masing-masing Negara Asia sejauh yang
dijangkau penulis dalam literatur Sejarah Gereja Asia. Perlu juga diutarakan
disini bahwa urutan Negara Asia disini tidak berdasarkan urutan abjad atau alas
an-alasan lain. Urutan Negara Asia dimulai dari Negara-negara Asia yang telah
lama mengenal Kristen dan selanjutnya Negara-negara Asia yang baru mengenal
Kristen dalam arti agama Kristen masuk di Negara Asia pada abab 18 keatas.
Langganan:
Postingan (Atom)